Senin, 22 November 2010

I'm a (sensitive) guy.

Seperti apa yang ada di judul, sepertinya gw cukup sensitif akan segala hal, entah karena terlalu banyak gw memendam perasaan ketika diisengin, ketika dulu sekolah gw gak mau mengeluarkannya, dan alhasil, sekarang ratusan atau ribuan bom waktu itu mulai meledak satu demi satu, mencelakakan teman2 kampus gw...

Kembali gw sedih akan itu, di satu sisi gw gak mau menegaskannya (karena pada akhirnya gw akan kalah dan tambah kesal lagi), tapi kalau keterusan gw tamba cape en sakit hati. Dan baru saja gw mendiam selama pergi. Entah karena gw gak bisa menang beradu mulut dengan mereka atau sudah lelah mengikuti alur isengan mereka, lelah menanggapi, sehingga gw mendiam karena kalah. Kalah akan kepintaran mereka bersilat lidah.

Gw jg gak bisa membedakan mana yang bercanda dan mana yang serius, entah gw yang gak peka atau gw memang bodoh. Kenapa gw bisa kesal karena bercandaan dan terluka akan itu? Bodoh sekali. Dan gw beranggapan teman2 gw menjadi tak enak karena itu, dan itu kembali lagi salah gw lagi. Kenapa semua ini terjadi seperti ini... Kenapa gw gak bisa menjadi lebih toleran, lebih mengerti, lebih peka, lebih sempurna lagi. ... Inikah yang dicari oleh manusia? Kesempurnaan yang tidak dapat dicapai oleh siapapun juga di muka bumi ini?

Efek yang menyedihkan, efek karena masa lalu gw, tetapi teman2 gw yang sekarang yang kena. Sangat, dengan sangat gw minta maaf. Gw sendiri bingung, kenapa bisa begini... gw gak mengerti diri gw sendiri.. Kenapa gw gak bisa menjadi teman yang baik bagi mereka, itu sudah cukup. Ya, saya hanya butuh diterima dalam satu komunitas. Entah kalau tidak ada Rangers yang menerima gw, entah kalau tidak ada yang mau menerima gw. Gw jadi haus akan perhatian, dimana dulu gw gak bisa mendapatkannya. Dan semakin haus dan haus.

Gw jadi terkenang masa lalu gw yang suram ketika tidak ada seorang pun di sisi gw, ketakutan itu, kesuraman itu, menerkam dan memaksa gw melihat diri gw ketika kecil yang terisak mengangis di setiap malam hari. Dengan itu cukup membuat gw kelelahan dan pergi ke dunia imajinasi, dimana gw bisa aman dari realita dunia dan dunia adalah milik gw di dalam sana, pelarian akan masalah.

Dan sampai sekarang, 5:05PM, 11/22/2010, dimana Ujian END tinggal beberapa hari lagi, dimana tugas2 gereja menumpuk, dimana banyak buku dan diktat yang belum gw baca, dimana gw seharusnya dapat memanfaatkan waktu dengan baik, gw terus terpikirkan akan masalah tadi, akan kesalahan gw gw malah menulis dan menumpahkan semua perasaan sedih, kesal, kecewa, bingung, ingin didengar, marah (dengan diri sendiri), dan hal lainnya. Betapa bodohnya gw... bodoh sekali... Inikah gw yang sebenarnya? Jati diri gw yang sebenarnya? Laki-laki yang sensitif, namun tak peka akan situasi, yang terjebak karena masa lalu yang terus membanyangi dirinya, dengan segala kurang pengalamannya dan kepercayaan diri?

~D. Lukman. 22 Nov 2010.

P.S. : Kembali gw meminta maaf bwat temen2 gw yang tadi baru saja gw diamkan, maaf gw gak bisa menjadi orang yang lebih baik dan bijak saat tadi.. Mungkin gw bakal jadi anak kecil terus menerus. Maafkan keberadaan gw ini.

Selasa, 02 November 2010

Friend or Foe? Inner Conflict.

"BISA DIEM GA?! GW CAPEK DENGERINNYA!"

Itulah kata terakhir gw di kampus hari ini (2/11/2010), membentak kedua sahabat gw, dimana mereka sedang bercanda mengatai-ngatai gw. Dan setelah itu, gw hanya bisa berjalan (sambil dibilang, "Cieee, udah kayak cowo skarang", lalu semuanya diam ketika berjalan), dengan tertunduk... menyesal. "Lagi-lagi gw berbuat kasar, gw menghancurkan suasana lagi, gw menghancurkan persahabatan ini.." Gw cuma bisa menunduk menyesal di kendaraan umum.. menuju rumah.

Sesekali gw terpikirkan, jikalau gw gak ada, pasti gak ada bentakan. Jikalau gak ada bentakan, ya tak ada suasana yang canggung (pada diem, gak ngomong).
Jikalau saya tidak marah dan terus di-"bully", tidak akan ada bentakan, tidak akan ada yang sakit hati (kecuali saya). Semua akan baik-baik saja..

Sangatlah dilematis... dimana gw ingin menghentikan perkataan mereka yang sudah terlalu sering saya dengar (pada awalnya saya tolerir, lama-lama capek dan bosan) kata-kata bully seperti pa****, ra***, ti****, dan lainnya. Gw tau itu semua iseng, bercanda, tapi tetep ada batasnya dan lihat kondisi.

Di satu sisi, saya gak tidak ingin persahabatan ini rusak. Dimana gw yang sangat menjunjung tinggi persahabatan, saya harus menjaga relasi setiap teman saya, apalagi sahabat, berusaha mati-matian untuk menjaganya... karena saya tidak mau seperti dulu lagi. Tidak akan lagi.

Dan sekarang saya berusaha menumpahkan semuanya ke blog ini (dimana sudah hampir sudah 10 bulan tak menyentuhnya), sulit konsentrasi untuk belajar (besok ujian MID Jiwa), selalu terbayang-bayang akan masalah tadi siang, merenung di samping jendela rumah, sendirian.

Dan saya akhirnya menyadari... setelah saya melewati fase akut (sudah tak begitu terpikirkan, merelakan atau cuek..) dan setelah saya "mencicipi" ilmu kejiwaan, saya memang ada gejala-gejala masalah mood dan kepribadian. Entah apa maksud Tuhan memberikan keadaan seperti ini pada gw... Saya cuma bisa menghembuskan nafas, membuang semua energi negatif ini, sambil menapaki gunung kuliah kedokteran ini dan berdoa, semoga saya dapat mengatasi masalah ini..

~Daniel L.